analisamedan.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir,MSi mengatakan pemanfaatan digital yang saat ini gencar dilakukan di masa pandemic Covid-19 jangan sampai berhenti karena keluarga persyarikatan Muhammadiyah itu modern, harus adaptip dan pandai menggunakan teknologi modern. Warga Muhammadiyah
“Saat ini kita sudah terbiasa menggunakan teknologi modern, makin dewasa dan matang. Jangan sampai setiap hari digunakan, media sosial dipakai kontraproduktif dan tidak produktif. Tetapi, bagaimana kebiasaan di saat musibah dengan beralih ke online ini menjadi instrument baru untuk dakwah dan tablig,” kata Haedar Nashir usai menjadi penceramah pada Silaturahim Syawal 1441 H yang diselenggarkaan Keluarga Besar Muhammadiyah Sumut dan Civitas Akademika UMSU, Sabtu (13/6). Haedar Nashir juga sempat berdiskusi santai dengan Rektor UMSU, Dr Agussani, MAP terkait efektivitas pemanfaatan teknologi yang diharapkan tidak berhenti.
Dia menambahkan, dengan pemanfaatan teknologi ini diharapkan mencerahkan warga agar tidak gagap, dan warga Muhammadiyah ke depan dalam menggunakan teknologi untuk dakwah dan untuk lebih maju.
Sebelumnya, dia menyampaikan bahwa ikhlas diperlukan karena bagian dari jiwa taqwa. Selama satu bulan penuh berpuasa di bulan Ramadan telah membentuk insan yang taqwa, dan salah satu ciri dari taqwa itu adalah orang ma memaafkan hartanya sebagian di kala lapang dan sempit. Oran yang bisa menahan marah, dan bisa memaafkan orang lain.
“Semua itu memang terlihat gampang tetapi dalam praktiknya tidak gampang,” katanya.
Ikhlas
Menurutnya, menafkahkan apa yang dimiliki dari rezeki sering bawaannya tidak gampang. Selalu ingin harta itu datang dan tidak mau pergi.
“Ketika diminta maka disitulah memerlukan sikap dan jiwa ikhlas sebagai bagian dari taqwa. Apalagi di kalah susah di masa pandemi ini, banyak orang merasa susah. Bisakah kita berbagai rezeki bagi mereka yang memerlukan,” katanya.
Haedar mengatakan, jiwa taqwa memerlukan revousi rohani. Maka, jadikan silaturahim sekaligus agar menjadi orang yang pandai mempersatukan persaudaraan yang dasarnya taqwa, yang dasarnya ikhlas.
Rasa ikhlas, katanya juga bisa dilihat dari dampak akibat Covid-19 ini. Pertama umat beraga yang biasa salata berjemaah di masjid harus di rumah. Idulfitri yang biasa di lapangan harus juga dirumah. Jika dan sikap keberagamaan diuji saat seperti ini. Dengan tetap beribadah di rumah punya dalil yang kokoh. Maka, ketika melakukan dan menerima dengan ikhlas makakita tidak merasa kehilangan. “Ikhlas bukan untuk kepentingan kita tetapi orang lain. Maka itu merupakan jiwa Jihad Fisabillah,” katanya.
Rektor UMSU, Dr Agussani, MAP menyampaikan, masa pandemi Covid-19 adalah momentum yang paling penting. Dengan kondisi seperti ini maka pemanfaatan teknolgi akan terbiasa. Peranan operator dan validator semua dilakukan dalam online. Terutama proses pembelajaran yang sudah dilakukan secara daring. “Apa yang dilakukan terutama keahlihan tenaga pendidik yang melaksanaka pembelajaran secara daring akan ditransfer dari perguruan tinggi ke pendidikan menengah, ke Dikdasmen dan bisa berkolaborasi,” kata Agussani. Turut memberikan sambutan, Ketua PW Muhammadiyah Sumut, Prof Dr Haedar Nashir, dan moderator Zailani, MA (WD I FAI UMSU).
Haedar Nashir: Warga Muhammadiyah Harus Terdepan Gunakan Teknologi