Medan – Angka kemiskinan di Sumatera Utara (Sumut) mengalami kenaikan. Hal ini terbilang wajar saja terjadi di tengah pandemi covid 19. Tidak ada yang bisa menghindar, karena covid 19 menyebar ke semua lapisan masyarakat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan kalau di bulan Maret terjadi peningkatan jumlah masyarakat miskin sebanyak 23 ribu jiwa untuk wilayah Sumut.
“Saya menilai, angka kemiskinan yang melonjak di Maret tersebut ini bukanlah sepenuhnya karena covid 19. Karena saya tidak yakin kalau kenaikan angka sebanyak 23 ribu itu hanya terjadi di bulan Maret semuanya. Karena di bulan Maret ini awal ditemukannya kasus. Memang ada karantina disitu. Tetapi tidak seharusnya lantas angka kemiskinan mengalami kenaikan,” ujar pengamat ekonomi Gunawan Benjamin, Kamis siang.
Disebutkannya, dampak dari perang dagang terhadap kemiskinan sudah mulai terasa di pertengahan 2019. Jadi memang tren angka kemiskinan ini pada dasarnya sudah naik sedari awal sebelum covid 19. Namun lompatannya baru dirasakan di Maret. Jika ditarik data nantinya dari Maret 2020 ke September 2020, potensi lompatan jumlah angka kemiskinan akan lebih besar.
Terlebih jika ditarik data perbulannya, dimana April hingga Juli 2020 sangat berpeluang terjadi ledakan jumlah angka kemiskinan akibat pandemic corona. Jika merunut data yang dirilis BPS per semester ini, tentunya tidak bisa dijadikan acuan dalam kerangka kebijakan penyelamatan ekonomi masyarakat yang terdampak corona. Karena pasti terlambat.
Jadi saat pemerintah berupaya untuk menyelamatkan daya beli masyarakat, maka yang paling utama adalah bagaimana caranya agar batuan sosial yang diberikan benar-benar bisa menjangkau masyarakat miskin. Jadi disini data yang harus dikumpulkan adalah data yang bisa diupdate setiap hari. Jadi tidak mengunakan acuan data BPS per semester tersebut.
Data BPS
Dari data BPS terlihat bahwa garis kemiskinan pada Maret 2020 di Sumut itu tercatat sebesar 502 ribu. “Jadi pada dasarnya kita sudah bisa memetakan bagaimana bentuk bantuan ke masyarakat dengan mengacu ke data tersebut. Jadi setiap warga miskin setidaknya bisa dibantu maksimal setara uang tunai 500 ribuan per bulan”.
Jadi kalau ada 1,28 juta masyarakat miskin,maksimal butuh uang sebanyak Rp640 milyar per bulan. Itu hitungan paling besar. Karena toh pada dasarnya tidak semua masyarakat miskin tidak memiliki pendapatan sama sekali.
“Saat Maret lalu saya pernah menghitung setidaknya kita butuh Rp528 milyar untuk bantu masyarakat yang terdampak corona,” ujar Benjamin.
Dimana dengan uang sebesar itu bukan hanya menolong mereka yang miskin. Tetapi masyarakat miskin ditambah mereka yang kehilangan pendapatan atau berkurang pendapatannya. “Menurut hitungan saya jumlahnya sekitar 2.2 juta jiwa penduduk Sumut yang membutuhkan pertolongan. Karena disaat terjadi pandemi, ada sebagian masyarakat yang langsung masuk dalam garis kemiskinan, sekalipun sifatnya temporer, sampai dapat pekerjaan lagi,”.
Pada bulan Juli ini, sebagian masyarakat memang sudah mengalami pemulihan pendapatan. Meskipun belum kembali seperti sedia kala. Jadi hitung-hitungan kebutuhan dana bantuan sosial tentunya berkurang. Tetapi kebutuhan akan bantuan tersebut harus tetap jalan sampai nantinya ekonomi benar-benar mulai kembali ke sedia kala.
Masalah kemiskinan ini sulit untuk ditekan dalam waktu dekat. Beberapa masalah mendasar seperti kondisi ekonomi global yang masih saja bermasalah. Setidaknya butuh paling cepat 2 tahun agar angka kemiskinan ini bisa ditekan diangka sebelum masa covid 19.
Masalah peningkatan kemiskinan di Sumut ini lebih dipengaruhi oleh penurunan serta hilangnya sejumlah pendapatan masyarakat, yang berimbas ke daya beli. Terlebih masyarakat yang bekerja di sektor pariwisata, banyak yang kehilangan pekerjaan disitu. Untuk harga kebutuhan pokok, Sumut justru trennya dalam penurunan harga selama 3 bulan terakhir.
Orang Miskin di Sumut Tambah Banyak, Butuh Dua Tahun Kembali Normal