Apa yang kurang dari penanggulangan Covid-19 di negeri ini? Informasi dan data sudah lebih dari cukup, bahkan “berhamburan.” Seminar daring sudah lebih dari makan obat frekwensinya. Semua berlomba-lomba buat pertemuan via Zoom meeting, Google Meet, Wedex, dan banyak lagi, baik dalam maupun luar negeri. Yang mengadakan adalah perguruan tinggi negeri dan swasta, organisasi profesi kesehatan, lembaga pemerintahan maupun swadaya masyarakat dan banyak lagi. Bahkan, sudah hampir mencapai tahap bosan, karena kesannya banyak pengulangan, dan sulit aplikasi di lapangan.
Namun, perubahan sikap dan perilaku belum terlihat. Ini terbukti dari angka-angka sakit dan mati yang terus mendaki. Pada 11 Agustus 2020, 128.774 kasus konfirm dan 5.824 meninggal
Menurut penulis, perlu evaluasi terhadap sistem komunikasi dua arah yang sepertinya kurang efektif. Bukan ngajar limau berduri kalau ulang kita cermati hal-hal berikut ini:
1. Hindari penyampaian terburu-buru, tidak matang dan tidak fokus.
2. Menganggap masyarakat hanya perlu informasi, padahal masyarakat sudah cerdas karena menerima banyak informasi dari berbagai sumber. Mereka butuh penjelasan valid dan konsisten
3.Tidak merespons dengan baik suatu peristiwa sementara masyarakat sudah menanti petunjuk dan konsekuensinya.
4.Merasa selalu benar, padahal informasi sudah menjadi konsumsi publik. Masyarakat sudah mengantongi banyak second opinion.
5.Masyarakat merasa info yang diterima monoton, “itu ke itu saja”, berulang setiap hari. Hanya beda dalam kuantitatif, tetapi kering dari interaksi, empati serta analisis dan solusi.
6.Berbicara yang aneh saat masyarakat serius dan menganggap penting. Banyak yang menyampaikan pendapat atau opini yang “nyeleneh”, yang dapat berakibat hilangnya kepercayaan.
Pada kasus WABAH, Negara diperhadapkan pada ”Emergensi Kesehatan Masyarakat”.
Penyelenggara Negara perlu terbuka menjelaskan apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Jangan ada kesan seolah-olah ada yang disembunyikan.
Risiko yang terjadi BUKAN pada aktivitasnya, tetapi pada SIKAP dan PERILAKU seseorang dalam melakukan Aktivitasnya.
Suksesnya Cegah Covid-19 diukur dari kedisiplinan individu menjalankan Protokol Kesehatan.