Maka tatkala wanita itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka”. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia. (QS Yusuf: 31)
Siapa Nabi yang paling ganteng? Subjektif sekali memang kalau kita mencoba membanding-bandingkan wajah utusan Allah. Tetapi memang, Allah sendiri telah menjelaskan bahwa, Nabi Yusuf as. adalah salah satu Nabi yang parasnya sangat elok. Apa buktinya? Buktinya adalah Surah Yusuf ayat 31 di atas. Ayat ini menjelaskan bagaimana rupa dari Nabi Yusuf yang sangat elok, sehingga para wanita yang memandang wajahnya tidak berkedip, bahkan mereka tidak sadar pisau yang ada di tangan mereka telah melukai jari mereka. Mereka menganggap bahwa Yusuf adalah malaikat.
Kisah Nabi Yusuf dapat kita baca di dalam Alquran pada surah Yusuf mulai dari ayat 4 -102. Dimulai dari mimpi Yusuf kecil yang diceritakan kepada ayahnya Nabi Ya’cub.
Yusuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan yang sujud kepadanya. Maka ayahnya meminta Yusuf untuk tidak menceritakan hal itu kepada saudara-saudaranya, karena khawatir saudara-saudaranya akan mencelakakan dirinya.
Kekhawatiran Nabi Ya’cub rupanya sangat beralasan, karena saudaranya yang berbeda ibu itu sangat membenci Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), karena mereka menilai ayah mereka (Ya’cub) lebih mencintai Yusuf dan Bunyamin daripada mereka.
Lagi-lagi syetan membujuk mereka untuk membunuh Yusuf atau menjauhkan Yusuf dari Ya’cub agar perhatian Ya’cub tertuju kepada mereka. Tampaknya pilihan menjauhkan Yusuf dari Ya’cub merupakan pilihan yang disepakati. Mereka lalu menjalankan strategi dengan menjauhkan Yusuf dengan memasukkannya ke dasar sumur agar dipungut oleh para musafir.
Para saudara Yusuf lalu menjalankan strategi itu, mereka meminta ayahnya untuk mengizinkan mereka membawa Yusuf bermain-main. Awalnya Ya’cub tidak mengizinkan, tetapi karena rayuan anak-anaknya apalagi ada semacam komitmen bahwa anak-anaknya tersebut akan selalu menjaga Yusuf, akhirnya dengan berat hati ia mengizinkan saudara-saudara Yusuf membawa anak tersayangnya tersebut.
Yusuf akhirnya dimasukkan ke dalam dasar sumur, sementara para saudara Yusuf memberitahukan kepada Ya’cub bahwa Yusuf sudah diterkam srigala.Kisah Yusuf ti dak berakhir di dasar sumur, ia ditemukan oleh para musafir dan akhirnya ia dijual kepada salah seorang pembesar di Mesir.
***
Yusuf tumbuh menjadi remaja yang sangat tampan. Istri dari sang pembesar sangat tertarik kepada Yusuf, sehingga ia ingin Yusuf berselingkuh dengannya. Namun Allah menjaga Yusuf sehingga Yusuf tidak melakukan apa yang diinginkan wanita tersebut.
Yusuf berlari untuk keluar dari kamar wanita tersebut, tetapi wanita itu mengejarnya dan berusaha menarik baju dari Yusuf dari belakang hingga koyak, di saat itulah suami wanita itu masuk dan melihat adegan tersebut.
Tentu saja, Yusuf mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah, namun si wanita juga berkata demikian, maka salah seorang saksi dari keluarga tersebut berkata,”Jika baju Yusuf terkoyak di depan berarti wanita itu yang benar dan Yusuf yang salah, sebaliknya jika baju Yusuf terkoyak di bagian belakang, maka Yusuf yang benar.”
Karena Yusuf yang benar, akhirnya si pembesar tersebut tidak menghukum Yusuf, tetapi kasus ini menyebar ke masyarakat, sehingga banyak kaum wanita yang mengejek isteri dari pembesar tersebut.
Merasa dihina dan diejek, maka isteri pembesar tersebut lalu memanggil para wanita tersebut, lalu mereka dihidangkan buah dan pisau. Di saat para wanita itu sedang mengupas buah, maka wanita isteri pembesar Mesir tersebut menyuruh Yusuf untuk keluar agar dilihat oleh para wanita-wanita tersebut. Dan apa yang terjadi. Para wanita-wanita tersebut terpana fdengan keelokan wajah Yusuf sehingga tanpa sadar, pisau yang ada di tangan telah melukai tangan mereka.
Ia juga mendengar ucapan wanita tersebut, “Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya, dan sungguh, aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina.” (QS Yusuf: 320)
Maka Yusuf bermohon kepada Allah, bahwa penjara lebih baik daripada memenuhi keinginan mereka. Dan Allah memenuhi doa Yusuf, sehingga ia dipenjara.
***
Menarik sekali kisah Yusuf ini, di mana ia mempertahankan kesuciannya terhadap wanita karena takut kepada Allah.
Yusuf adalah laki-laki normal, tentu saja ada keinginan untuk melakukan perzinahan, tetapi keimanannya lebih kuat sehingga mengalahkan nafsunya, karena itulah Rasulullah Saw menjelaskan dalam sabdanya bahwa ada 7 golongan yang mendapat naungan dari Allah.
Hadits yang diriwayatkan olah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, itu berbunyi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Allah, seorang yang hatinya selalu terikat pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah; berkumpul dan berpisah karena Allah pula, seorang lelaki yang diajak zina oleh wanita yang kaya dan cantik tapi ia menolaknya seraya berkata: Aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya, serta seorang yang berdzikir kepada Allah di kala sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Bukhari)
Di antara tujuh kelompok tersebut ada kelompok di mana seorang lelaki yang diajak berzina oleh wanita yang kaya dan cantik tetapi ia menolaknya seraya berkata: “Aku takut kepada Allah.” adalah bukti bahwa ia akan menjadi satu kelompok dengan Nabi Yusuf as.
Bukan berarti bahwa Nabi Yusuf as tidak memiliki nafsu sebagai seorang lelaki dan selain itu bahwa Nabi Yusuf bukan seperti malaikat yang tidak terpengaruh oleh rasa duniawi. Godaan dari wanita itu merupakan godaan yang cukup berat, namun beliau mampu untuk melawannya, karena jiwanya tidak cenderung pada nafsunya. Atas izin Allah, jiwanya dibimbing dan ditenangkan karena ketakwaannya yang mampu melihat tanda-tanda kebenaran dari Tuhannya. Apalagi Nabi Yusuf as adalah putera Nabi Ya’qub as, seorang Nabi, putera dari Ibrahim, yang merupakan kakek dari para Nabi dan kekasih Allah Swt.
Ini membuktikan bahwa keimanan seseorang tidak boleh kalah dengan nafsunya. Iman harus berada di atas nafsu, jangan sebaliknya nafsu di atas iman. Jika ini terjadi maka yang muncul adalah kenistaan.
Berapa banyak di antara kita yang kalah dengan nafsunya. Tapi tidak dengan Nabi Yusuf, walaupun ia memiliki wajah yang elok baginya itu merupakan suatu anugerah, bukan untuk dipamerkan atau ‘dijual’.
Ketampanan bukanlah harus dipertontonkan atau digadaikan dengan menjerat siapa saja yang ingin mendapatkannya. Begitu juga dengan kecantikan tidak perlu diobral layaknya barang yang bisa dibeli oleh siapa saja.
Dalam hal mengukur kecantikan atau ketampanan seseorang sesungguhnya sangat relatif, tergantung siapa yang berkomentar dan dari sudut apa penilaian dilakukan, bisa karena ukuran tinggi badan, bentuk wajah, atau warna kulit seseorang. Sesungguhnya tidak mungkin kita bersombong ria, dengan menghina orang lain, apalagi Allah telah berfirman bahwa penciptaan yang ia ciptakan untuk manusia adalah sebaik-baik penciptaan.
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia bentuk yang sebaik-baiknya.” (At- Tiin 95: 4).
Di sisi Allah, bukan ketampanan dan kecantikan yang menjadi perioritas, melainkan ketakwaan, “Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh-tubuh kalian, juga tidak penampilan kalian, tapi melihat hati dan amal perbuatan kalian. Takwa itu di sini, takwa itu di sini, takwa itu di sini, beliau pun menunjuk dadanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kalaupun di mata manusia kita terbilang jelek maka kita tidak usah berkecil hati, tetapi bersyukurlah bahwa berkat kita ada orang yang dibilang cantik. Allah Maha adil, percayalah itu. Keadilan Allah jangan diukur dalam kecantikan atau ketampanan seseorang. Boleh jadi secara biologis kita cantik tetapi orang memandangnya tidak demikian, karena sikap dan tingkah laku kita yang jelek. Jadi sebenarnya kecantikan dan ketampanan adalah sesuatu yang relatif.
Hakikat kecantikan tidaklah hanya terfokus di wajah seseorang tetapi juga pada hati seseorang. Betapa banyak orang yang cantik wajahnya tetapi hatinya jelek. Tetapi sebaliknya berapa banyak orang yang jelek wajahnya tetapi cantik hatinya.
Nabi Yusuf memang diberi Allah ketampanan yang luar biasa, tetapi ia juga memiliki kecantikan akhlak yang mungkin tidak banyak dimiliki orang pada saat itu. Ia mampu menahan nafsunya, bahkan ia rela dipenjara hanya untuk tidak zhalim di hadapan Allah. Lalu bagaimana dengan kita? (*)