Wajah Palestina: Nasehat dan Ongkosnya

  • Whatsapp
Bendera Palestina. Foto: Internet

Oleh: Solahuddin Tanjung

Mata serta telinga masyarakat internasional tak henti-hentinya tertuju ke Palestina. Setelah UEA dan Bahrain melakukan hubungan normalisasi dengan Israel, dunia terkaget seolah tak percaya. Seperti kagetnya melihat gedung kejaksaan agung terbakar. Respon masyarakat internasional bermacam-macam atas keputusan gila negara teluk tersebut. Ada yang naik darang tingginya marah hinga ke ubun, ada yang naik gulanya, dan ada pula yang cepat-cepat berdoa mengutuk hingga tujuh turunan. ada yang tertawa tersenyum bahagia, apa tak bahagia Donald Trump bisa mendamaikan orang arab dengan orang Israel. Itu seperti mendamaikan kucing dengan tikus.

Seperti biasa, kelompok  yang marah hanya bisa mengumpat, mengecam dan melaknat. Tentu sebagai negara yang belum jua akur dan merdeka serta memiliki masalah yang begitu kompleks, Palestina pasti perlu beberapa nasehat. Namun jangan sekedar memberi nasehat jika tak paham dan mengerti persoalan yang menimpa Palestina. Soalnya bukan apa, PBB saja yang kita anggap sebagai mahluk mulia nan perkasa, puyeng tujuh keliling. Nasehat serta proposal perdamaian beribu-ribu lembar itu tak pernah tembus. Permasalahan antara Palestina dan Israel seolah tak ada ujungnya.

Sosok yang dianggap sebagai yang paling berjasa mendamaikan serta makelar suksesi hubungan normalisasi, yang disebut sebagai perjanjian ‘Abraham Accord’ adalah Jared Kusher menantu Donald Trump sekaligus penasehat senior presiden Amerika. Penahluk pada pasir yang tak pernah meminum kencing Onta.

Sebagai penasehat, Jared Kusher telah memperlihatkan kebolehanyaa. Begini kira-kira nasehat ampuhnya-‘Palestina jangan terpaku masa lalu’. Ini nasehat mungkin ada benarnya dari sudut pandang bangsa Amerika. Karna kalau Amerika terpaku masa lalu tentu yang mereka lihat adalah nenek moyang mereka memegang senjata menjajah tanah Amerika. Merampas serta mengusir penduduk asli dari tanah kelahiranya. Kita jangan lupa karena penduduk asli Amerika adalah orang Indian. Ini adalah hal yang bertolak belakang bagi Palestina. jika Palestina terpaku masa lalu, mereka akan melihat Palestina sebagai daerah merdeka. Dan mereka akan melihat bangsa yahudi Israel yang meminta perlindungan serta sebidang tanah untuk tinggal menumpang di tanah Palestina. Kalau Palestina terpaku masa lalu, Palestina akan melihat kedamain dimasa Bani Umayyah, peradaban mulia dimasa Dinasti Abbasiyah, ketentraman dimasa Ottoman.

Saya tak tahu pastinya apa Palestina akan menerima nasehat tersebut? Apa sebenarnya yang tersirat dalam nasehat tersebut? Apa nasehat yang sama jua yang di turunkan ke kepala Putra mahkota Syekh Mohammed Bin Zayed al-Nahyan oleh Jared Kusher sehingga kepala sang putra mahkota dingin kepalanya? Sungguh aneh dan berbeda antara kepala manusia yang menikmati kemerdekaan dengan yang memperjuangkan kemerdekaan. bisa jadi ini dipengaruhi oleh kualitas Sorban yang di beli pelataran mesjid al-Aqsha dengan yang di beli di Burj Khalifa.

Selain nasehat, Palestina juga membutuhkan ongkos untuk menghidupi rakyatnya. Karena nasehat saja tidak bisa mengisi perut, kalau perut tidak berisi bagai mana bisa hamas berdiri dan menembakkan basokanya ke wilayah-wilayah yang sudah di duduki Israel. Berhubung yang namanya ongkos atau pulus ini sangat sensitif. Jadi harus hati-hati dalam mencari dan membelanjakanya. Tentu kita tidak ingin terulang kembali kejadian di gedung PBB pada tahun 2018. Saat duta besar Amerika untuk PBB Nikki Haley menyindir kepada Negara-negara anggota PBB yang pro terhadap pelestina, serta sedikit marah terhadap negara Arab. Kurang lebih begini isi kekesalan Nikki Haley tersebut “ negara muslim dunia selalu bicara banyak untuk mendukung Palestina, tapi tidak mau memberikan uang untuk membantu Palestina” kalau Nikki Haley pernah sekolah di jakarta seperti Barak Obama mungkin dia akan berkata “banyak bacot lu pada semua”. Bisa jadi juga Nikki Haley menumpahkan seluruh rasa yang mengganjal di hatinya. Palestina mau mengambil dolar Amerika. namun memaki Amerika jua.

Amerika serikat ternyata pada waktu itu sebelum marah dan akhirnya memangkas bantuan untuk UNRWA (lembaga PBB untuk pengungsi Palestina) merupakan pendonor terbesar. Mungkin kemarahan ini ada kaitnya dengan malunya Amerika pada saat voting di PBB untuk menentukan status Yerussalem. Di saat yang bersamaan Iran tidak ada memberi sama sekali, Aljazair nol, Tunisia nol, Turki memberi 10 kali lipat lebih kecil dari bantuan Amerika. Mesir, Yordania, Pakistan lebih kecil lagi dari Turki.

Kemurahan hati Amerika patut jua di apresiasi. Namun jangan lupa jua Amerika salah satu negara yang paling bertanggung jawab atas berlarut-larutnya penjajahan di Palestina. Bisa jadi bantuan setengan miliar dolar tesebut untuk menutupi nyawa-nyawa anak Palestina. Itu hal yang lumrah di bumi manusia ini, bos gerombolan bandit maupun bandar judi/narkoba memiliki sifat dermawan. Namun itu bukan atas dasar kemurahan dari lubuk hatinya, tapi hanya topeng untuk mengambil simpatik masyarakat. Bahasa anak sekolahanya manajemen dunia gelap. Mana mungkin Israel punya nyali merampok tanah Palestina tanpa dukungan penuh Amerika.

Oleh karena itu agar Nikki Haley tidak merajuk, maupun Jared Kusher tidak berkhotbah lagi. Negara yang pro terhadap perjuangan Palestina agar seimbang antara teriakan simpatiknya dengan ongkosnya juga. (*)