Tahun Baru Islam: Langkah UEA, Hudaibiyah Ke 2 Kah?

  • Whatsapp
Normalisasi UEA - Israel. Foto: Internet

Oleh: Solahuddin Tanjung

Bulan Muharrom tahun 1442 Hijriah kita kembali mengenang, melihat kebelakang untuk mengambil pelajaran. menjadi salah satu hari yang bersejarah bagi ummat muslim dunia, hari dimana terjadi peristiwa besar dan menjadi cikal bakal awal mula suatu kebangkitan peradaban ummat manusia. Sebuah perjalanan yang mendebarkan antar Mekkah dan madinah oleh dua manusia mulia, Nabi Muhammad SAW dan sahabat beliau tercinta Abu Bakar Assiddiq, demi sebua perjuangan suci menegakkan kalimat tauhid.

Kini perjuangan itu telah memudar, peradaban mulia kisah seribu satu malam dengan kota indah nan megah dengan sinar lampu yang menghiasi sepanjang jalan, serta Sungai-sungai yang mengalir jernih dengan jembatanya. kini telah luluh lantah meninggalkan kepingan luka, penderitaan dan air mata: Palestina, Rohinya, Yaman, Uighur, Suriah, Kasmir, Afganistan, India serta negara timur tengah dan Afrika lainya menjadi saksi dari sebuah kemerosotan dan hilangnya harga diri serta martabat suatu ummat.

Palestina sebagai gambaran jelas dari kemerosotan salah satu ummat Islam. Naik turun bagai roda yang berputar begitulah keadaan tanah Palestina, silih berganti terjadi beberapa kali penakhlukan dari tangan ke tangan, Seolah tanah itu sangat akrab dengan darah dan kekuasaan, bagai peta harta karun dimata bajak laut, berharga dan jadi rebutan. Setelah dunia Internasional dihebohkan dengan isu perubahan status Hagia sophia dari museum menjadi mesjid, pro dan kontra berlontaran ke kepala presiden Erdogan, tanpa ampun kritikan turun seperti petir di siang bolong, tak tahu apakah presiden Erdoga nyenyak tidurnya pada waktu itu, namun yang pastinya Erdogan berhasil membuat sedih hati sang Paus Fransiskus. Seperti magnet kepada besi pembebasan Hagia sophia ternyata juga menyeret Mesjid al-Aqsha, Erdogan mengatakan Hagia sophia merupakan langkah awal menuju pembebasan al-Aqsha, apa pula hubungan Hagia sophia dan al-Aqsha, Erdogan tentu yang lebih tau. Mungkinkah ada terowongan rahasia dari Hagia sophia menuju al-Aqsha?

Putra mahkota Abu Dhabi, Syekh Mohammed Bin Zayed al-Nahyan, tentu tak mau pusing memikirkan apa sebenarnya hubungan Hagia sophia dengan al-Aqsha atau kebenaran terowongan rahasia Hagia sophia menuju al-Aqsha. mungkin itu dibuat-buat Erdogan saja, buat jadi beban pikiran pemimpin barat, berhubung pemimpin Negara-negara di Eropa sana selalu ingin mengurusi semua persoalan yang ada di bumi ini, mulai dari bahaya pohon Kelapa Sawit kepada lingkungan hingga soal batas di laut China sana, semua habis jadi persoalan negara barat, bagai Emak-emak yang lagi arisan, sibuk ngurus mulai dari cara buat alis, bedak hingga isu corona yang katanya merupakan azab dari langit. Dari pada mikir yang tidak-tidak akhirnya Syekh Mohammed Bin Zayed al-Nahyan langsung turun melihat persoalan, masuk menuju pihak yang bersengketa dan tentu harus lewat makelar. Semua orang tahu bahwa makelar yang paling sukses di dunia ini adalah Amerika, tak ada satu persolan pun pasti beres serta sukses dan memuaskan, tak percuma Amerika punya hak veto istimewa di PBB sana, meski semua negara tunjuk tangan saat voting sesuai dengan anjuran ilmu demokrasi, untuk memilih dan memutuskan bahwa Yerussalem adalah ibu kota Palestina, itu semua tak ada nilainya dengan satu jari telunjuk tanganya Amerika beserta hak veto istimewanya yang memilih bahwa Yerussalem adalah ibu kota Israel. Hasil kerja makelar Amerika pun telah mengeluarkan hasil, dengan hasil bahwa UEA (Uni Emirat Arab) dan Israel akan melakukan perjanjian damai serta akan membuka hungan diplomatik antara kedua negara. Mungkin tak mau kalah dengan Erdogan yang menghubungkan antara Hagia sophia dengan al-Aqsha, Syekh Mohammed Bin Zayed al-Nahyan juga menarik al-Aqsha ikut terlibat, menghasilkan keputusan bahwa Israel akan menunda Aneksasi wilayah Palestina, serta membuka pintu selebarnya buat warga muslim untuk mengunjungi mesjid al-Aqsha.

Seperti ledakan dahsyat yang mengguncang Libanon, perjanjian damai antara UEA dan Israel juga mengguncang serta buat kaget dunia, terutama mereka yang sudah bosan melaknat Israel, maklum mulai dari dia belajar melaknat hingga rambut memutih semua tak pernah sekalipun dalam doanya untuk lupa melaknat Israel, apa tak pusing dia ternyata doanya yang beribu kali dipanjatkan itu satu pun tak ada yang makbul. Akhirnya dia mulai berpikir bahwa doa untuk melaknat dan meminta keburukan ternyata tak disukai yang maha kuasa dan di Sisa-sisa usianya yang menghitung hari itu mulailah dia mendoakan kebaikan “wahai yang maha pengasih dan penyayang, kasihanilah antara Palestina dan Israel serta tumbuhkanlah rasa sayang di hati mereka, aaminn”. Mereka yang melihat hina Israel seperti hinanya cicak, tambah semangat dalam melaknat Bahkan Syekh Mohammed Bin Zayed al-Nahyan yang mencoba memberikan kebaikan buat Palestina juga ternyata malah ikut kena laknat.

Presiden Iran Hassa Rouhani juga sepertinya tak mau ketinggalan dalam acara kritik mengkritik di dunia ini, berdiri layaknya pemimpin ummat Islam dunia seperti yang selama ini pemimpin Iran cita-citakan agar Iran menjadi kiblat ummat Islam dunia, “UEA telah melakukan kesalahan besar dengan melakukan normalisasi dengan Israel. Dan juga menyatakan UEA sebagai negara penghianat di negara teluk”. Datang juga kritikan berikutnya dari Turki, melalui kemenlunya “sejarah dan hati nurani masyarakat di kawasan tidak akan melupakan dan tidak akan pernah memaafkan sikap munafik UEA. selanjutnya datang dari kelompok politik timur tengah yaitu, Kuwait, Yaman dan Maroko. Bukan hanya kritikan namun juga kutukan yang mereka lemparkan ke muka putra mahkota UEA. Teristimewa kritikan selanjutnya datang dari Palestina pihak yang bersengketa dengan Israel, ahli bait sebagai pihak rumah dan halamnya yang di ributkan tentunya tidak akan ketinggalan memberikan sepatah dua kata dalam acara bertajuk kritik mengkritik tingkat Internasional, begini katanya “ UEA dan Israel telah menusuk Palestina dari belakang, mengakali, serta mengabaikan hak-hak rakyat Palestina, serta meminta agar seluruh negara arab agar patuh terhadap prakarsa perjanjian damai arab tahun 2002”.

Agar UEA tak menciut hatinya serta merasa manusia paling hina serta berdosa sejagat raya, Uin Eropa melalui perwakilan tingginya ternyata mendukung pemulihan hubungan antara UEA dengan Israel, serta menyeru agar Israel membatalkan rencana Aneksasi dan berharap negosiasi Israel dan Palestina untuk solusi dua negara.

Perjanjian damai antara negara Arab dengan Israel seperti yang dilakukan oleh UEA merupakan hal yang tabu bagi ummat Islam jika hanya melihat dari satu sisi. Tentu UEA bukanlah negara buruk seperti setan, mungkin UEA berpikir harus melakukan hal yang berbeda terhadap Israel, selain hanya melaknat dan mengutuk namun ujungnya tak ada kemajuan, seberapa kasar dan tegas pun kata yang keluar dari mulut-mulut penduduk dunia terhadap Israel itu tidak akan membuat Israel malu, Israel itu sudah tebal muka.

Mari kita melihat terhadap sisi yang berbeda, sudah lupakah kita akan peristiwa bersejaran pada tahun ke 6 Hijriah, zaman Nabi dahulu ketika melaksanakan ibadah haji/umrah ke Mekkah, yang mana oleh kaum Qurais Mekkah tidak mengizinkan kaum muslimin madinah untuk memasuki Mekkah, dan pada akhir dari peristiwa tersebut melahirkan sebuah perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Hudaibiyah”. Walau awalnya jika dilihat sekilah bahwa perjanjian tersebut sangat merugikan ummat Islam, sehingga menimbulkan kritikan halus dari Umar Ibnu Khattab dan ketidak senangan di hati ummat Islam. Namun Nabi sebagai pemimpin yang handal serta cerdas memiliki visi lain, visi yang jauh melihat ke depan, dan seperti yang sejarah saksikan bahwa apa yang Nabi lihat ternyata benar dan menghasilkan hasil yang gemilang, sebuah langkah untuk meluaskan pengaruh serta menancapkan kaki ummat Islam di daerah timur tengah.

UEA bukanlah negara miskin serta terbelakang, UEA merupakan negara makmur serta kaya, yang memiliki kota-kota megah dengan gedung-gedung tinggin. Negara yang terus menerus mengalami kebangkita dari tahun ke tahun. Terlepas terhadap spekulasi yang muncul bahwa langkah UEA merupakan langkah untuk menghentikan pengarus Iran di timur tengah, namun namanya juga spekulasi bisa salah dan benar. Tapi mari kita menghargai atas upaya baik yang diperbuat oleh UEA terhadap Palestina. Seperti upaya yang dilakukan oleh nabi terhadap kaum Qurais Mekkah, melalui perjanjian Hudaibiyah walau awalnya terlihat kekalahan serta kelemahan namun akhirnya menghasilnya sebuah kemenangan yang besar.

Seperti yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer “Harus Berbuat Adil Sejak dalam Pikiran”.